MEDIA PERTUMBUHAN MIKROBA DAN ISOLASI BAKTERI
Group :
Tenaga Penyuluh Lapangan
Tugas :
Praktikum Mikrobiologi
Tanggal :
06 April 2013
Mikroorganisme atau mikroba adalah organisme yang
berukuran sangat kecil sehingga untuk mengamatinya diperlukan alat bantuan.
Mikroorganisme disebut juga organisme mikroskopik. Mikroorganisme seringkali
bersel tunggal
(uniseluler) maupun bersel banyak (multiseluler) Namun, beberapa protista bersel
tunggal masih terlihat oleh mata telanjang dan ada beberapa spesies multisel
tidak terlihat matatelanjang.
Virus juga
termasuk ke dalam mikroorganisme meskipun tidak bersifat seluler.
Isolasi bakteri adalah proses mengambil bakteri dari medium atau lingkungan
asalnya dan menumbuhkannya di medium buatan sehingga diperoleh biakan yang
murni. Bakteri dipindahkan dari satu tempat ke tempat lainnya harus menggunakan
prosedur aseptik. Aseptik berarti bebas dari sepsis, yaitu kondisi
terkontaminasi karena mikroorganisme lain.Teknik aseptik ini sangat penting
bila bekerja dengan bakteri. Beberapa alat yang digunakan untuk
menjalankan prosedur ini adalah bunsen dan laminar air flow Bila
tidak dijalankan dengan tepat, ada kemungkinan kontaminasi oleh miroorganisme
lain sehingga akan mengganggu hasil yang diharapkan. Teknik aseptik juga
melindungi laboran dari kontaminasi bakteri (Singleton dan Sainsbury, 2006).
Bakteri di alam umumnya tumbuh dalam
populasi yang terdiri dari berbagai spesies. Oleh karena itu, untuk mendapatkan
biakan murni, sumber bakteri harus diperlakukan dengan pengenceran agar didapat
hanya 100-200 bakteri yang ditransfer ke medium, sehingga dapat tumbuh menjadi
koloni yang berasal dari bakteri tunggal.
Ada beberapa metode untuk menginokulasi bakteri
sesuai dengan jenis medium tujuannya.
1.
Pada medium agar tegak,
dilakukan metode tusuk menggunakan jarum ose.
2.
Pada medium agar miring,
dilakukan metode gores dengan menggunakan loop ose.
3.
Pada medium petridisk,
dapat digunakan metode streak plate(metode gores), pour
plate (metode tuang) atau spread plate (metode sebar)
Setelah inokulasi, dilakukan proses inkubasi, yaitu menyimpan medium pada alat
atau kontainer ada temperatur tertentu dan periode tertentu, sehingga tercipta
lingkungan yang menyediakan kondisi cocok untuk pertumbuhan bakteri.
Metode penanaman mokroba
1.
Metode gores atau streak
plate menggunakan loop ose dan menggoreskannya ke
permukaan medium agar dengan pola tertentu dengan harapan pada ujung goresan,
hanya sel-sel bakteri tunggal yang terlepas dari ose dan menempel ke medium.
Sel-sel bakteri tunggal ini akan membentuk koloni tunggal yang kemudian dapat
dipindahkan ke medium selanjutnya agar didapatkan biakan murni.
2.
Metode tuang atau pour
plate dilakukan dengan 2 cara, yaitu dengan mencampur suspensi bakteri
dengan medium agar pada suhu 50ºC kemudian menuangkannya pada petridisk atau
dengan menyemprotkan suspensi pada dasar petridisk, kemudian menuang medium
agar keatasnya dan diaduk. Setelah agar mengeras, bakteri akan berada pada tempatnya
masing-masing dan diharapkan bakteri tidak mengelompok sehingga terbentuk
koloni tunggal.
3.
Metode sebar atau spread
plate dilakukan dengan menyemprotkan suspensi ke atas medium agar
kemudian menyebarkannya secara merata dengan trigalski. Dengan ini diharapkan
bakteri terpisah secara individual, kemudian dapat tumbuh menjadi koloni
tunggal.
4.
Metode pemaparan pada
udara terbuka adalah metode untuk mengisolasi bakteri udara. Metode ini sangat
simpel, yaitu dengan memaparkan medium pada udara terbuka, dengan harapan ada
bakteri yang menempel dan kemudian akan tumbuh menjadi koloni.
A. Pengertian Inokulasi
Inokulasi Penanaman bakteri atau biasa disebut juga inokulasi adalah
pekerjaan memindahkan bakteri dari medium yang lama ke medium yang baru dengan
tingkat ketelitian yang sangat tinggi. Untuk melakukan penanaman bakteri
(inokulasi) terlebih dahulu diusakan agar semua alat yang ada dalam hubungannya
dengan medium agar tetap steril, hal ini agar menghindari terjadinya
kontaminasi (Dwijoseputro, 1998). Ada beberapa tahap yang harus dilakukan
sebelum melakukan teknik penanaman bakteri (inokulasi) yaitu :
1. Menyiapkan ruangan Ruang tempat penanaman bakteri
harus bersih dan keadannya harus steril agar tidak terjadi kesalahan dalam
pengamatan atau percobaaan .dalam labotarium pembuataan serum vaksin dan
sebagainya. Inokulasi dapat dilakukan dalam sebuah kotak kaca (encast) udara
yang lewat dalam kotak tersebut dilewatkan saringan melalui suatu jalan agar
tekena sinar ultraviolet (Pelczar, 1986).
2. Pemindahan dengan dengan pipet Cara ini dilakukan
dalam penyelidikan air minum atau pada penyelidikan untuk diambil 1 ml contoh
yang akan diencerkan oleh air sebanyak 99 ml murni (Pelczar, 1986).
3. Pemindahan dengan kawat inokulasi Ujung kawat
inokulasi sebaliknya dari platina atau nikel .ujungnya boleh lurus juga boleh
berupa kolongan yang diametrnya 1-3mm. Dalam melakukuan penanaman bakteri kawat
ini terlebih dahulu dipijarkan sedangkan sisanya tungkai cukup dilewatkan nyala
api saja setelah dingin kembali kawat itu disentuhkan lagi dalam nyala
(Pelczar, 1986).
B. Pengertian Inkubasi
Inkubasi merupakan
suatu teknik perlakuan bagi mikroorganisme yang telah diinokulasikan pada
madia (padat atau cair), kemudian di simpan pada suhu tertentu untuk dapat
melihat pertumbuhannya. Bila suhu inkubasi tidak sesuai dengan yang diperlukan,
biasanya mikroorganisme tidak dapat tumbuh dengan baik. Media inkubasi
digolongkan menjadi 2 jenis :
1. Pada lemari biasa atau suhu kamar,
2. Pada incubator yang suhunya dapat di tentukan
Proses ini bertujuan agar kita dapat melihat
pertumbuhan atau perkembangbiakan pada mikroorganisme.
C.
Pengertian Isolasi
Isolasi mikroorganisme mengandung arti proses pengambilan
mikroorganisme dari lingkungannya untuk kemudian ditumbuhkan dalam suatu
medium di laboratorium(Sarles,1956). Proses isolasi ini menjadi penting
dalam mempelajari identifikasi mikrobia, uji morfologi, fisiologi, dan
serologi (Soetarto,2010). Sedangkan pengujian sifat-sifat tersebut di alam
terbuka sangat mustahill untuk dilakukan (Pelczar,1986).Prinsip kerja
isolasi bakteri cukup sederhana yakni dengan menginokulasikan sejumlah
kecil bakteri pada suatu medium tertentu yang dapat menyusung
kehidupan bakteria.Sejumlah kecil bakteri ini didapat dari bermacam-macam
tempattergantung dari tujuan inokulasi. Dalam kajian mikrobiologi yang
berhubungandengan sumber bakteri adalah mikrobia tanah, air, makanan dan udara
(Talaro,1999). Pemahaman mengenai bakteri yang diinokulasikan merupakan
hal yang wajib. Inokulasi bakteri termasuk pula di dalamnya adalah prinsip
untuk membuat lingkungan medium menjadi semirip mungkin dengan medium
aslinya(Suharni,1999). Perlakuan yang tidak sesuai terhadap isolat mikrobia
dapat mengakibatkanperkembangan kultur mikrobia hasil isolasi terhambat.
Sebagai contoh apabila yangdiisolasi adalah bakteri acidofil namun dikembangkan
dalam medium yang netralmaka pertumbuhan bakteri tidak akan maksimal atau malah
akan mati (Talaro,1999).Teknik dalam menginokulasi bakteri memiliki beberapa
variasi metodemisalnya metode goresan (streak plate), metode taburan (pour
plate), dan metodeapusan (surface plate).
Apabila ingin
mendapatkan kultur murni suatu mikrobia yang digunakanadalah metode streak
plate, karena hasil akhir metode ini adalah berupa kumpulansel-sel yang semakin
jarang pada ujung streak sehingga dapat diambil bakteri padajumlah seluler
(satu sel). Selain itu bakteri yang didapat seharusnya merupakanbakteri yang
memang ingin dibiakkan di kultur tersebut dengan kata lain bukanbakteri
kontaminan, sebab yang diambil/dicuplik adalah koloni bakteri yang beradadi
atass tr eak yang dibuat dan bukan di luars tr eak. Kelebihan metode
ini adalahdapat segera diketahui adanya kontaminasi. Sedangkan kekurangannya
metode inisulit dilakukan dan hanya dapat digunakan untuk menumbuhkan bakteri
aerob saja.(Burrrow,1959).
Metode kedua
adalah pour plate. Metode ini dilakukan denganmenginokulasikan sejumlah
bakteri ke dasar cawan baru kemudian medium agar cair dimasukkan dan
dibiarkan memadat. Metode ini cocok digunakan apabila kita ingin menguji
apakah suatu koloni bakteri merupakan bakteri yang aerobik,
anaerob fakultatif, ataukah anaerob obligat. Pengujian ini dapat terjadi
karena hasil akhir metode pour plate adalah berupa pertumbuhan
bakteri pada dasar medium, tengah medium, dan pada permukaan medium.
Bakteri yang terdapat pada dasar medium mungkin adalah bakteri anaerob
obligat, sedangkan bakteri yang tumbuh pada bagian tengah medium adalah
bakteri anaerob fakultatif, dan bakteri yang tumbuh pada permukaan
adalah bakteri aerob walaupun perlu pengkajian lebih lanjut mengenai
hal ini (Black,1999). Kekurangan metode ini adalah sulit menentukan
kontaminan dan kerapatan mikrobia karena jarak antar koloni terlalu rapat.
Teknik Pertumbuhan
Mikroorganisme
1. Teknik
Piringan Goresan (Streak plate method)
Medium agar
dicairkan, didinginkan pada suhu 45 C, dituang ke dalam cawan petri steril
(cawan gelas dengan garis tengag tiga inci) dan dibiarkan sampai menjadi padat.
Kemudian dengan kawat gelang menginokulasi yang penuh dengan biakan campuran
(misalnya specimen ludah atau bahan lain), goresan dilakukan diatas permukaan
agar. Ada beberapa metode penggorean yang berbeda, namun kesemua metode
bertujuan untuk meletakkan sebagian besar organism pada beberapa goresan
pertama. Apabila sebaran dilakukan dengan menggerakkan kawat gelang kian kemari
dari satu bagian ke bagian lain. Cawan petri, bakteri yang tertinggal pada
kawat gelang semakin berkurang. Jika dilakukan secara sempurna, goresan akhir
akan meninggalkan bakteri individual cukup terpisah satu sama lain, sehingga
setelah mengalami pertumbuhan, koloni yang berasal dari bakteri individual akan
benar-benar terpisah satu sama lain. Kemudian koloni tunggal dapat ditinggalkan
kemedium steril, dan akan tumbuhlah biakan murni. (Dwiyana, 2011)
Ada beberapa teknik
goresan yang biasa dipakai yaitu :
A.
Goresan
sinabung
B. Goresan T
C.
Goresan
Kuadran (Streak quadrant).
2. Metode
Tuang (pour-plate method)
Terdiri
atas penginokulasian biakan campuran kedalam tabung uji yang mengandung agar
mencair yang telah didinginkan pada suhu 450c. isinya diaduk untuk
memencarkan bakteri keseluruh medium. Campuran itu kemudian ditungkan kedalam
cawan petri steril dan dibiarkan padat pertumbuhan koloni terjadi baik dalam
medium tujuan pada kedua proses ialah untuk memisahkan bakteri satu sama lain
sehingga sel-sel itu akan tumbuh menjadi koloni-koloni yang terpisah didalam
medium yang padat. Kemudian dapat diambil sel-sel dari satu koloni untuk
mendapatkan biakan murni. Dalam praktek, sering piringan kedua digores kembali
dengan organism yang berasal dari koloni yang diidolasi untuk menjamin bahwa
hasil yang diperoleh adalah biakan murni (Dwiyana, 2011).
3. Teknik
Sebar (spread plate)
Teknik
isolasi dan mikroba dengan cara menyebarkan mikroba pada permukaan media yang
akan digunakan (Trianda, 2011).
4. Teknik
Pengenceran (dilution method)
Suatu
sampel dari suatu suspensi yang berupa campuran bermacam- macam spesies
diencerkan dalam suatu tabung yang tersendiri. Dari hasil pengenceran ini
kemudian di ambil kira- kira 1 mL untuk diencerkan lebih lanjut. Jika dari
pengenceran yang ketiga ini diambil 0,1 mL untuk disebarkan pada suatu medium
padat, kemungkinan besar kita akan mendapatkan beberapa koloni yang akan tumbuh
dalam mdium tersebut, akan tetapi mungkin juga kita hanya akan memperoleh satu
koloni saja. Dalam hal yang demikian ini dapat kita jadikan piaraan murni. Jika
kita belum yakin, Bahwa koloni tunggal yang kita peroleh tersebut merupakan
koloni yang murni, maka kita dapat mengulang pengenceran dengan menggunakan
koloni ini sebagai sampel (Trianda, 2011)
5.
Teknik Micromanipulator
Mengambil
satu bakteri dengan mikropipet yang ditempatkan dalam mikro manupulator,
kemudian ditempatkan dalam mikromanupulator. Kemudian ditempatkan dalam medium
encer untuk dibiakkan ( Trianda, 2011).
Menurut
Admin (2008), terdapat berbagai cara untuk mengisolasi mikroba yakni :
1) Isolasi
pada cawan
Prinsip
pada metode isolasi pada cawan adalah mengencerkan mikroorganisme sehingga
diperoleh individu spesies yang dapat dipisahkan dari organisme lainnya. Setiap
koloni yang terpisah yang tampak pada cawan tersebut setelah inkubasi berasal
dari satu sel tunggal. Terdapat beberapa cara dalam metode isolasi pada cawan,
yaitu : metode gaores kuadran dan metode agar cawan tuang. Metode gores
kuadran , bila metode ini dilakukan dengan baik akan menghasilkan terisolasinya
mikroorganisme, dimana setiap koloni berasal dari setiap sel. Metoe agar tuang
berbeda dengan metoe gores kuadran, cawan tunag menggunakan medium agar yang
dicairkan dan didinginkan yang kemudian dicawankan, pengenceran tetap perlu
dilakukan sehingga pada cawan yang terakhir mengandung koloni-koloni yang
terpisah di atas permukaan atau di dalam cawan.
2) Isolasi
pada medium cair
Metode isolasi pada
medium cair dilakukan bila mikroorganisme tidak dapat tumbuh pada agar cawan
(medium padat), tetapi hanya dapat tumbuh pada kultur cair. Metode ini juga
perlu dilakukan pengencaran dengan beberapa serial pengenceran. Semakin tinggi
pengenceran peluang untuk mendapatkan satu sel semakin besar .
3) Isolasi
sel tunggal
Metode isolasi sel
tunggal dilakukan untuk mengisolasi sel mikroorganisme berukuran
besar yang tiak dapat diisolasi dengan metode agar cawan atau medium
cair, sel mikroorganisme dilihat dengan menggunakan pembesaran sekitar 100 X,
kemudian sel tersebut dipisahkan dengan menggunakan pipet kapiler yang sangat
halus ataupun micromanipulator yang dilakukan secara aseptik.
Misalnya Trypticase™ Soy
Agar diproduksi oleh BBL (BD Diagnostic Systems), Tryptone Soy Agar diproduksi
oleh Oxoid Unipath, dan Tryptic Soy Agar produced diproduksi Difco (BD
Diagnostic Systems) yang semuanya memiliki komposisi yang sama. Banyak media
juga dikenal sebagai akronim, misalnya TSA adalah singkatan dari Trypticase™
Soy Agar. Jika seseorang memodifikasi komposisi media yang telah ada (memiliki
nama asli), maka istilah “modified” diletakkan setelah nama
media. Misalnya TSA, modified bukan Modified TSA. Media yang tidak memiliki nama formal umumnya dinamai
berdasarkan organisme yang ditargetkan, misalnya Bacillus
stearothermophilus Broth (Atlas, 2010:1).
Medium-Medium Untuk Pertumbuhan
Mikroorganisme
Media
pertumbuhan mikroorganisme adalah suatu bahan yang terdiri dari campuran
zat-zat makanan (nutrisi) yang diperlukan mikroorganisme untuk pertumbuhannya.
Mikroorganisme memanfaatkan nutrisi media berupa molekul-molekul kecil yang
dirakit untuk menyusun komponen sel. Dengan media pertumbuhan dapat dilakukan
isolat mikroorganisme menjadi kultur murni dan juga memanipulasi komposisi
media pertumbuhannya.
Pembiakan sel memerlukan
suatu media sebagai tempat hidupnya yang disebut dengan medium kultur dan media
biakan (Tortora, 2001). Suatu medium kultur yang baik harus memiliki komposisi
yang lengkap antara lain harus berisi zat hara serta memiliki kondisi
lingkungan yang mendukung dan sesuai kondisi in vivo sel yang akan dikultur.
Pembuatan media kultur sel didasarkan pada fungsi, komposisi media, dan
konsistensinya sehingga dalam kultur yang dilakukan sel dapat tumbuh dengan
baik dan sesuai dengan yang diharapkan. (http://www.cyber-biology.blogspot.com/diakses
20012/11/11).
A.
Fungsi medium :
a.
NA untuk menumbuhkan
Bakteri.
b.
PDA untuk menumbuhkan Bakteri
c.
TEA untuk menumbuhkan
Bakteri dan Jamur.
d.
LB untuk menumbuhkan
Jamur.
e.
NB untuk menumbuhkan
Jamur.
f.
PDB untuk menumbuhkan
Jamur.
B.
Medium-medium yg
sering digunakan u/ pertumbuhan MO
a. PDA (Potato Dekstrosa Agar)
b. TEA (Tauge Ekstrak Agar)
c. LB (Laktosa Broth)
d. NB (Nutrien Broth)
e. NA (Nutrien Agar)
f. PDB (Potato Dekstrak Broth).
C.
Komposisi Medium :
1. Komposisi NA:
a. Ekstrak beef 5g
b. Pepnon 3g
c. NaCL
2,5g
d. Agar
15g
e. Aquadest ad 1 liter.
2. Komposisi PDA :
a.
Kentang
200g
b.
Glukosa
20g
c.
Agar
15g
d.
Aquadest
ad 1
liter
3. Komposisi TEA:
a.
Tauge
100g
b.
Sukrosa
60g
c.
Agar
15g
d.
Aquadest
ad 1
liter
4. Komposisi LB :
a.
Pepton dari
gelatin 5g
b.
Ekstrak
daging 3g
c.
Laktosa 5g
5. Komposisi NB:
a. Pepton dari daging
10g
b. Daging
5g
c. Disodium hidrogen phospat 2g
d. Sodium
klorida
3g
e. Aquqdest
ad
1 liter.
6. Komposisi PDB :
a. Potato
4g
b. Glukosa 20g
c.
Aquqdest
ad
1 liter.
Mikroorganisme yang
Berperan dalam Industri
1) Bakteri
Ada
berbagai macam bakteri yang berperan penting dalam industri khususnya proses
fermentasi, antara lain sebagai berikut (Anonim, 2010):
1. Acetobacter
acetii
Bakteri ini penting dalam produksi asam asetat yang mengoksidasi alkohol
sehingga menjadi asam asetat. Banyak terdapat pada ragi tapai, yang menyebabkan
tapai yang melewati 2 hari fermentasi akan menjadi berasa asam.
2. Acetobacter
xylinum
Bakteri
ini digunakan dalam pembuatan nata de coco. Acetobacter xylinum mampu
mensintesis selulosa dari gula yang dikonsumsi. Nata yang dihasilkan berupa
pelikel yang mengambang di permukaan substrat. Bakteri ini juga terdapat produk
kombucha yaitu fermentasi dari teh.
3. Bacillus
sp.
Bacillus sp. merupakan genus
dengan kemampuan yang paling luas. Pada mulanya hanya digunakan untuk
menghasilkan enzim amilase. Namun kini berkembang untuk bioinsektisida yang
diwakili Bacillus thuringiensis maupun untuk penanganan
limbah Bacillus subtilis dan Bacillus megaterium.
Melalui rekayasa genetika, kini bakteri ini juga digunakan untuk produksi bahan
baku plastik ramah lingkungan.
4. Bividobacterium
sp.
Bakteri ini bersifat anaerob dan digunakan sebagai mikroba probiotik. Produk
probiotik dari bakteri ini biasanya berbentuk padat.
5. Lactobacillus
sp.
Bakteri ini cukup populer karena selain dapat digunakan dalam produksi asam
lakat juga berperan dalam fermentasi pangan seperti yogurt, saurkeraut dan juga
produk probiotik yang saat ini banyak diminati masyarakat. Probiotik merupakan
mikrobia yang dikonsumsi untuk mengatur flora usus. Asam laktat dari bakteri
ini dapat dibuat poli asam laktat sebagai bahan baku plastik ramah lingkungan.
2) Khamir
Khamir
ada yang yang bermanfaat dan ada pula yang membahayakan manusia. Khamir banyak
dimanfaatkan dalam bidang industri yaitu proses fermentasi pada pembuatan roti,
bir, wine, vinegar dan sebagainya. Khamir yang tidak diinginkan adalah yang ada
pada makanan dan menyebabkan kerusakan pada saurkraut, jus buah, sirup, molase,
madu, jelly, daging dan sebagainya.
Khamir
yang memiliki peranan yang menguntungkan diantaranya sebagai berikut (Black,
2002):
1. Saccharomyces
cerevisiae, merupakan khamir yang paling populer dalam pengolahan makanan.
Khamir ini telah lama digunakan dalam industri wine dan bir. Dalam industri
pangan, khamir digunakan dalam pengembang adonan roti dan dikenal sebagai ragi
roti.
2. Saccharomyces
roxii, adalah khamir yang digunakan dalam pembuatan kecap dan berkontribusi
pada pembentukan aroma.
1) Jamur
Jamur yang memiliki
peranan yang menguntungkan diantaranya sebagai berikut (Pelczar, 1988):
1. Aspergillus
niger. Jamur ini digunakan dalam pembuatan asam sitrat. Asam sitrat
merupakan salah satu asam organik yang banyak digunakan dalam bidang industri
pangan misalnya pada pembuatan permen dan minuman kemasan. Jamur ini
sering mengontaminasi makanan misalnya roti tawar.
2. Rhizopus
oryzae. Jamur ini penting pada pembuatan tempe. Aktivitas jamur
Rhizopus oryzae menjadikan nutrisi pada tempe siap dikonsumsi manusia.
Aktivitas enzim yang dihasilkan menjadikan protein terlarut meningkat. Produk
tempe kini juga telah dikembngkan menjadi isoflavon yang penting bagi
kesehatan.
3. Neurospora
sitophila. Jamur ini merupakan sumber beta karoten pada fermentasi
tradisional. Produk oncom yang dikenal di Jawa Barat adalah hasil fermentasi
yang dilakukan Neurospora sitophila. Produksi spora untuk sumber
beta karoten yang dapat disubstitusikan pada makanan juga telah diteliti.
Selain mampu memberikan asupan, beta karoten juga merupakan sumber warna yang
cukup menarik.
4. Monascus
purpureus. Jamur ini dikalangan mikrobiolog jarang dikenal karena
produk yang dihasilkan. Mula pertama jamur ini ditemukan di Jawa namun menjadi
produk utama Cina dengan nama angkak. Angkak adalah fermentasi pada beras.
Jamur ini menghasilkan pewarna alami yang umumnya digunakan pada masakan Cina.
Saat ini telah ditemukan adanya zat aktif pada ngkak yang dapat membantu
kesehatan dan telah dikemas dalam bentuk kapsul.
5. Penicillium
sp. Jamur ini paling terkenal karena kemampuannya menghasilkan
antibiotika yang disebut pensilin. Sejak pertama kali dikenal terus digunakan
sampai sekarang. Jamur pengasil antibiotika saat ini telah banyak diketahui
sehingga ragam antibiotik pun semakin banyak. Selain itu pembuatan antibiotika,
spesies yang lain juga digunakan dalam pembuatan keju khusus.
Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Mikroorganisme dalam Industri
Kegiatan
mikroba dipengaruhi oleh faktor lingkungannya. Perubahan dilingkungan dapat
mengakibatkan terjadinya perubahan sifat morfologi dan fisiologi
mikroorganisme. Beberapa golongan mikroorganisme resisten terhadap perubahan
lingkungan karena dengan cepat melakukan adaptasi dengan lingkungan.
Faktor-faktor lingkungan yang sering mempengaruhi pertumbuhan mikroba antara
lain (Anonim, 2010):
a) Suhu
Suhu
merupakan salah satu faktor penting dalam kehidupan mikroba. Beberapa mikroba
mampu hidup dalam kisaran suhu yang luas. Terkait dengan suhu pertumbuhan maka
dikenal suhu minimum, maksimum dan optimum. Suhu minimum adalah suhu yang
paling rendah dimana kegiatan mikroba masih berlangsung. Suhu optimum adalah
suhu yang paling baik untuk kehidupan mikroba. Sedangkan suhu maksimum adalah
suhu tertinggi yang masih dapat menumbuhkan mikroba tetapi pada tingkat
kegiatan fisisologi yang paling rendah.
Atas
dasar suhu perkembangannya mikroba dapat dibedakan menjadi 3 golongan, yaitu
psikofil, mesofil dan termofil.
Ø Mikroba psikofil/kriofil dapat tumbuh pada suhu antara
0o C-30o C, dengan suhu optimum 15OC.
Kebanyakan tumbuh ditempat-tempat dingin, baik di daratan maupun dilautan.
Ø Mikroba mesofil mempunyai suhu optimum antara 25-37oC,
dengan suhu minimum 15oC dan suhu maksimum antara 45-55oC.
Mikroba ini biasa hidup pada tanah dan perairan.
Ø Mikroba termofil mempunyai suhu pertumbuhan
antara 40-75oC, dengan suhu optimum 55-60oC.
b) Kelembaban
Tiap
jenis mikroba mempunyai kelembaban optimum tertentu. Pada umumnya khamir dan bakteri
membutuhkan kelembapan yang lebih tinggi dibandingkan jamur. Banyak mikroba
yang tahan tahan hidup dalam keadaan kering untuk waktu yang lama. Misalnya
mikroba yang membentuk spora dan mentuk-bentuk Krista.
c) pH
Berdasarkan
pH yang ada, mikroba dikenal dengan asidofil, neurofil, dan alkalifil. Asidofil
adalah mikroba yang dapat tumbuh pada pH antara 2,0-5,0. Mikroba neutrofil
adalah mikroba yang mampu tumbuh pada kisaran pH 5,5-8,0 sedangkan mikroba
alkalifil dapat tumbuh pada kisaran pH 8,4-9,5. Bakteri memerlukan pH 6,5-7,5,
khamir memerlukan pH 4,0-4,5, sedangkan jamur mempunyai kisaran pH yang luas.
d) Ion-ion
logam
Ion-ion
logam berat seperti Hg, Ag, Cu, Au dan Pb pada kadar yang sangat rendah dapat
bersifat toksik. Daya bunuh logam berat pada kadar rendah disebut oligodinamik.
Ion-ion logam dapat mengganggu sistem enzim sel. Misalnya Hg++ akan
bergabung dengan gugus sulfidril (-SH) dalam enzim sehingga aktivitas enzim
dengan gugus aktif sulfidril akan terhambat aktivitasnya. Ion-ion Li++ dan
Zn++ bersifat toksik bagi Lactobacillus dan Leuconostoc,
namun demikian jika Ph diturunkan maka peracunan Li++ dan Zn++ dapat
dikurangi.
e) Iradiasi
Radiasi
pengion dicirikan oleh energi yang sangat tinggi dan kemampuan penetrasi yang besar.
Demikian juga sifat letalnya. Penggunaan radiasi pengion terutama pada bidang
farmasi, kedokteran,proses industri, serta digunakan dalam bidang mikrobiologi,
misalnya menggunakan sinar ultraviolet dan sinar gamma.
Sinar
UV yang paling efektif dalam membunuh mikroorganisme adalah yang memiliki
panjang gelombang yang dekat dengan 260 nm, dengan energi kuantum sekitar 4,9
Ev. Sinar dengan panjang gelombang dibawah 200 nm tidak efektif karena mudah
diserap oleh oksigen atmosfir. Sinar dengan panjang gelombang 360-450 nm
umumnya disebut UV gelombang panjang dan biasa digunakan untuk menstimulasi
flourisensi, misalnya untuk menunjukkan adanya pigmenpseudomonas pada
telur.
Penggunaan lain UV pada bidang industri bahan makanan adalah pada ruang
pendingin yang dipergunakan untuk menyimpan daging. Tujuannya dalah untuk
menunda pertumbuhan mikroba permukaan. Iradiasi ultraviolet dengan internsitas
2 mW/cm2 terhadap pseudomonas pada daging dapat mengurangi
kecepatan pertumbuhannnya menjadi 85% bila dibandingkan dengan kontrol, dan
akan menjadi 75% bila intensitas pada permukaan 24 mW/cm2.
Sinar
gamma, iradiasi gamma telah digunakan sebagai metode dalam pengawetan pangan di
beberapa Negara seperti Belgia, Perancis, Jepang dan Belanda. Di Indonesia
sendiri baru dilakukan dalam skala laboratorium. Proses dilakukan dengan
penyinaran pangan dengan menggunakan kobalt radioisotope (60oC).
Iradiasi akan mempengaruhi fungsi metabolisme dan fragmentasi DNA yang dapat
mengakibatkan kematian sel mikroba sehingga memperbaiki kualitas mikrobiologis
pangan dengan mengurangi jumlah jasad perusak dan pathogen.
Selain
faktor di atas, mikroba juga melakukan interaksi, sebab di alam jarang dijumpai
mikroba yang hidup sebagai biakan murni, tetapi selalu berada dalam asosiasi
dengan jasad lain. Interaksi antar mikroba dapat terjadi antara dua mikroba
yang sama ukuran selnya (dua sel bakteri, dua sel protozoa) atau antara dua sel
yang berbeda ukurannya (sel bakteri dengan sel protozoa). Dua sel yang ukurannya
sama memiliki kebutuhan nutrisi yang kurang lebih sama, sebab susunan molekul
suatu sel pada umumnya relatif sama. Berbeda halnya jika ukuran sel berbeda,
kebutuhan ruang berbeda. Protozoa membutuhkan ruang ribuan kali lebih besar
daripada bakteri. Begitu juga dengan kebutuhan nutrisinya. Contohnya interaksi
antar Pseudomonas synoyanea denganSterptococcus lactis yang
menyebabkan terjadinya warna biru pada susu.
Syarat-syarat yang
Harus Dipenuhi dalam Proses Mikrobiologi Industri
Dari segi perindustrian, mikroba merupakan pabrik zat
kimia yang mampu melakukan perubahan yang dikehendaki. Mikroba merombak bahan
mentah dan mengubah bahan mentah menjadi suatu produk baru. Beberapa prasyarat
yang harus dipenuhi dalam proses mikrobiologi industri, antara lain (Waluyo,
2005):
a. Organisme
Organisme yang akan
digunakan harus dapat menghasilkan produk dalam jumlah yang cukup banyak.
Karakteristik penting yang harus dimiliki mikroorganisme industri yaitu harus
tumbuh cepat dan menghasilkan produk yang diharapkan dalam waktu yang relatif
singkat, memiliki sifat-sifat genetik yang stabil, mampu menghasilkan substansi
yang menarik, serta dapat dipelihara dalam periode waktu yang sangat panjang di
laboratorium. Mikroba yang digunakan dalam industri adalah kapang, khamir,
bakteri, dan virus.
b. Medium
Substrat yang
digunakan oleh organisme untuk membuat produk baru harus murah dan tersedia
dalam jumlah yang banyak. Misalnya, limbah yang banyak mengandung nutrisi dari
industri persusuan dan industri kertas untuk menghasilkan bahan-bahan yang
bernilai tinggi.
c. Hasil
Fermentasi industri
dilakukan dalam tangki-tangki yang besar kapasitasnya dapat mencapai 200.000
liter. Produk metabolisme mikroba biasanya merupakan campuran heterogen yang
terdiri dari sel-sel mikroorganisme dalam jumlah yang sangat banyak,
komponen-komponen medium yang tidak terpakai, dan produk-produk metabolisme
yang tidak dikehendaki. Karena itu, harus dikembangkan metode-metode yang mudah
dilaksanakan dalam skala besar untuk memisahkan dan memurnikan produk akhir
yang diinginkan.
d. Tidak
berbahaya bagi manusia, dan secara ekonomik penting bagi hewan dan tumbuhan.
e. Bersifat
non-patogen dan bebas toksin, atau jika menghasilkan toksin harus cepat
di-inaktifkan.
f. Mudah
dipindahkan dari medium biakan. Di laboratorium, sel mikroorganisme pertama
kali dipindahkan dengan sentrifugasi, tetapi sentrifugasi bersifat sulit dan
mahal untuk industri skala-besar.
g. Mikroorganisme
lebih disukai jika berukuran besar, karena sel lebih mudah dipindahkan dari
biakan dengan penyaringan (dengan bahan penyaring yang relatif murah).
Sehingga, fungi, ragi, dan bakteri berfilamen lebih disukai. Bakteri unisel,
berukuran kecil sehingga sulit dipisahkan dari biakan cair.
h. Mikroorganisme
industri harus dapat direkayasa secara genetik. Rekayasa genetika pada mikroba
bertujuan untuk meningkatkan efektivitas kerja mikroba tersebut (misalnya
mikroba untuk fermentasi, pengikat nitrogen udara, meningkatkan kesuburan
tanah, mempercepat proses kompos dan pembuatan makanan ternak, mikroba
prebiotik untuk makanan olahan), untuk menghasilkan bahan obat-obatan dan
kosmetika, serta Pembuatan insulin manusia dari bakteri (Sel pankreas yang
mempu mensekresi Insulin digunting, potongan DNA itu disisipkan ke dalam
Plasmid bakteri) DNA rekombinan yang terbentuk menyatu dengan Plasmid
diinjeksikan lagi ke vektor, jika hidup segera dikembangbiakkan.
Peranan Mikroba dalam
Mikrobiologi Industri
A. Produksi
Bahan Kimia Farmasi yang Bernilai Komersil
1.
Antibiotika
Antibiotika merupakan senyawa kimia yang dihasilkan oleh mikroorganisme, dan
dapat menghambat atau membunuh mikroorganisme lain. Perkembangan antibiotika
sebagai zat untuk pengobatan penyakit infeksi lebih banyak mempengaruhi
penggunaan obat dibandingkan dengan perkembangan antibiotik itu sendiri.
Antibiotika merupakan produk metabolisme sekunder. Meskipun hasilnya relatif
rendah dalam sebagian besar industri fermentasi, tetapi karena aktivitas
terapetiknya tinggi maka menjadi memiliki nilai ekonomik tinggi, oleh karena
itu antibiotika dibuat secara komersial melalui fermentasi mikroba. Beberapa
antibiotika dapat disintesis secara kimia, tetapi karena kompleksitas bahan
kimia antibiotika dan cenderung menjadi mahal, maka tidak memungkinkan sintesis
secara kimia dapat bersaing dengan fermentasi mikroorganisme.
Penggunaan antibiotika secara komersial, pertamakali dihasilkan oleh fungi
berfilamen dan oleh bakteri kelompok Actinomycetes. Seringkali,
sejumlah senyawa kimia berhubungan dengan keberadaan antibiotika, sehingga
dikenal famili antibiotik. Antibiotika dapat dikelompokkan berdasarkan struktur
kimianya. Sebagian besar antibiotika digunakan secara medis untuk mengobati
penyakit bakteri, meskipun sebagian diketahui efektif menyerang penyakit fungi.
Secara ekonomi dihasilkan lebih dari 100.000 ton antibiotika per tahun, dengan
nilai penjualan hampir mendekati $ 5 milyar.
Tabel 1: Beberapa antibiotika yang dihasilkan
secara komersial
Antibiotika
|
Mikrorganisme penghasil
|
Tipe mikroorganisme
|
Basitrasin
Sefalosporin
Kloramfenikol
Sikloheksimid
Sikloserin
Erytromisin
Griseofulvin
Kanamisin
Linkomisin
Neomisin
Nistatin
Penisilin
Polimiksin
B
Streptomisin
Tetrasiklin
|
Bacillus subtilis
Cephalosporium sp.
Sintesis
senyawa kimia (dulu olehStreptomyces
venezuelae)
Streptomyces griseus
Streptomyces orchidaceus
Streptomyces erythreus
Penicillium griseofulvin
Streptomyces kanamyceticus
Streptomyces lincolnensis
Streptomyces fradiae
Streptomyces noursei
Penicillium chrysogenum
Bacillus polymyxa
Streptomyces griseus
Streptomyces rimosus
|
Bakteri
pembentuk-spora
Fungi
Actinomycete
Actinomycete
Actinomycete
Fungi
Actinomycete
Actinomycete
Actinomycete
Actinomycete
Fungi
Bakteri
pembentuk-spora
Actinomycete
Actinomycete
Actinomycete
|
a) Pencarian
Antibiotika Baru
Bahan antibiotik yang sudah diketahui, lebih dari 8.000, dan beberapa ratus
antibiotika ditemukan dalam beberapa tahun. Dan sejumlah peneliti mempercayai
bahwa berbagai antibiotika baru dapat ditemukan lagi jika penelitian dilakukan
terhadap kelompok mikroorganisme selainStreptomyces, Penicillium,
dan Bacillus. Sekali diketahui urutan struktur gen mikroorganisme
penghasil-antibiotika, dengan teknik rekayasa genetika memungkinkan pembuatan
antibiotika baru.
Cara utama dalam menemukan antibiotika baru yaitu melalui screening.
Dengan pendekatan tersebut, sejumlah isolat yang kemungkinan mikroorganisme
penghasil-antibiotika yang diperoleh dari alam dalam kultur murni, selanjutnya
isolat tersebut diuji untuk produksi antibiotika dengan bahan yang diffusible,
yang menghambat pertumbuhan bakteri uji. Bakteri yang digunakan untuk
pengujian, dipilih dari berbagai tipe, dan mewakili atau berhubungan dengan
bakteri patogen.
Prosedur pengujian mikroorganisme untuk produksi antibiotika adalah metode
gores silang, pertamakali digunakan oleh Fleming. Dengan program pemisahan
arus, ahli mikrobiologi dapat dengan cepat mengidentifikasi, apakah antibiotika
yang dihasilkan termasuk baru atau tidak. Sekali ditemukan organisme penghasil
antibiotika baru, antibiotika dihasilkan dalam sejumlah besar, dimurnikan, dan
diuji toksisitas dan aktivitas terapeutiknya kepada hewan yang terinfeksi.
Sebagian besar antibiotika baru gagal menyembuhkan hewan uji, dan sejumlah
kecil dapat berhasil dengan baik. Akhirnya, sejumlah antibiotika baru ini
sering digunakan dalam pengobatan dan dihasilkan secara komersial.
2. Vitamin
Vitamin merupakan faktor pertumbuhan yang sering digunakan dalam farmasi atau
ditambahkan kepada makanan. Beberapa vitamin yang penting, dihasilkan secara
komersial melalui proses mikrobiologi. Vitamin digunakan sebagai tambahan pada
makanan manusia dan pakan ternak. Produksi vitamin, berada kedua setelah
antibiotika dalam hal penjualan total produk farmasi dengan nilai lebih dari $
700 juta per tahun. Sebagian besar vitamin dibuat secara komersial melalui
sintesis bahan kimia. Sejumlah vitamin terlalu sulit disintesis dengan biaya
murah tapi keuntungannya vitamin dapat dibuat dengan fermentasi mikrobial.
Vitamin B12 dan riboflavin yang terpenting dalam kelompok vitamin.
Sianokobalamin
(Vitamin B12), disintesis secara khusus di alam oleh mikroorganisme.
Kebutuhan vitamin ini pada hewan dipenuhi melalui ambilan makanan atau melalui
absorpsi vitamin yang dihasilkan mikroorganisme dalam usus hewan. Tetapi pada
manusia vitamin B12 diperoleh melalui makanan atau sebagai tambahan vitamin,
karena seandainya vitamin ini disintesis oleh mikroorganisme dalam jumlah yang
besar di dalam usus besar, tetapi tidak masuk ke dalam saluran darah. Strain
mikroorganisme dipilih dan digunakan untuk menghasilkan banyak vitamin. Anggota
bakteri dari genus Propionibacterium menghasilkan vitamin mulai dari
19-23 mg/liter pada proses dua-tahap, sedangkan bakteri lain, Pseudomonas
denitrificans menghasilkan 60 mg/liter pada proses satu-tahap yang
menggunakan molase gula-bit sebagai sumber karbon. Vitamin B12 mngandung kobalt
sebagai bagian esensial strukturnya, dan untuk meningkatkan produksi vitamin,
dilakukan dengan menambahkan kobalt pada medium biakan.
Riboflavin (B2) disintesis oleh beberapa mikroorganisme, termasuk
bakteri, fungi, dan ragi. Fungi Ashbya gossypii menghasilkan sejumlah
besar riboflavin (> 7 gram/liter) dan oleh karena itu sering digunakan dalam
proses produksi mikrobiologi. Hasil perolehan yang sangat banyak ini
menyebabkan persaingan ekonomi tinggi di antara proses mikrobiologi dengan
proses sintesis secara kimia.
3. Asam amino
Asam amino digunakan secara luas dalam industri makanan, tambahan pakan, dalam
obat, dan sebagai bahan pemula pada industri kimia. Sebagian besar asam amino
yang penting secara komersial adalah asam glutamat, yang digunakan untuk
meningkatkan rasa. Dua asam amino yang juga penting, asam aspartat dan
fenilalanin, yang menyusun bahan pemanis buatan, aspartat, merupakan unsur
penting dalam minuman ringan diet dan makanan lain yang dijual sebagai
produk bebas-gula. Lisin, merupakan
asam amino esensial untuk manusia, dihasilkan oleh Brevibacterium flavum, juga
digunakan sebagai tambahan makanan. Meskipun sebagian besar asam amino dapat
dibuat secara kimia, sintesis bahan kimia menyebabkan pembentukan bentuk DL
inaktif. Jika secara biokimia bentuk L dibutuhkan, maka diperlukan metode
enzimatik atau metode mikrobiologi pada pembuatannya. Produksi asam amino
secara mikrobiologi juga dapat melalui fermentasi langsung, dimana
mikroorganisme menghasilkan asam amino dalam suatu proses fermentasi standar,
atau melalui proses enzimatik, dimana mikroorganisme sebagai sumber enzim dan
enzim tersebut digunakan dalam proses produksi.
Tabel 3:
Asam amino yang digunakan pada industri makanan
Asam amino
|
Makanan
|
Tujuan
|
Glutamat (MSG)
Aspartat dan alanin
Glisin
Sistein
Triftofan + histidin
Aspartam (dibuat dari fenilalanin
+
asam aspartat)
Lisin
Metionin
|
Berbagai makanan
Juice Buah
Pemanis makanan
Roti
Juice Buah
Berbagai makanan, susu bubuk
Minuman ringan, dsb.
Roti (Jepang)
Produk kedelai
|
Meningkatkan rasa
Menyempurnakan rasa
Perbaikan rasa
Perbaikan kualitas
Antioksidan
Antioksidan, mencegah tengik
Pemanis rendah-kalori
Tambahan nutrisi
Tambahan nutrisi
|
4. Enzim
Setiap organisme menghasilkan berbagai enzim, sebagian besar dihasilkan
dalam jumlah yang kecil dan
dilibatkan dalam proses seluler. Bagaimanapun, enzim tertentu dihasilkan dalam
jumlah yang besar oleh beberapa organisme, dan
dibutuhkan dalam sel, dikeluarkan ke
dalam medium. Enzim ekstraseluler biasanya dapat menguraikan bahan nutrien yang
tak-larut misalnya selulosa, protein, pati, dan hasil pencernaan selanjutnya
diangkut ke dalam sel, dimana enzim digunakan sebagai nutrien untuk
pertumbuhan. Beberapa enzim ekstraseluler digunakan dalam makanan, perusahaan
susu, pabrik obat, dan industri tekstil dan dihasilkan dalam jumlah yang besar
melalui sintesis mikrobiologi. Enzim tersebut sering digunakan karena
spesifisitas dan efisiensi pada reaksi katalisis yang dibutuhkan, pada suhu dan
pH yang wajar. Reaksi yang sama dapat dicapai dengan bahan kimia yang umumnya
membutuhkan kondisi suhu dan pH ekstrim, dan kurang efisien dan kurang
spesifik.
Secara komersial enzim dihasilkan dari fungi dan bakteri. Proses produksi
biasanya aerobik, dan medium biakan
sama dengan yang digunakan pada fermentasi antibiotik. Enzim itu sendiri
umumnya hanya sedikit dibentuk selama fase pertumbuhan aktif tetapi akumulasi
dalam jumlah besar terjadi selama fase stasioner pertumbuhan.
Enzim mikroorganisme dihasilkan dalam jumlah yang sangat banyak pada
suatu industri dasar adalah protease
bakteri, digunakan sebagai tambahan dalam
deterjen pencuci. Sejak tahun 1969,
80% deterjen pencuci mengandung enzim,
khususnya protease, juga amilase,
lipase, reduktase, dan enzim lain. Tetapi mulai tahun 1971, penggunaannya menurun
setelah terjadi alergi pada pemakai dan konsumen, sehingga dikembangkan teknik
pemrosesan khusus misalnya ‘microencapsulation’ untuk menjamin
pengolahan bebas-debu.
Enzim penting lain yang dibuat secara komersial adalah amilase dan glukoamilase,
yang digunakan dalam produksi glukosa dari pati. Setelah dihasilkan glukosa,
selanjutnya dengan bantuan glukosa isomerase akan diubah menjadi fruktosa (yang
lebih manis dari glukosa dan sukrosa) dan menghasilkan produk akhir pemanis
fruktosa-tinggi dari pati jagung, gandum, atau kentang. Penggunaan proses
tersebut dalam industri makanan mengalami peningkatan, khususnya dalam produksi
minuman ringan.
Tiga reaksi yang terjadi dalam perubahan pati jagung menjadi produk yang
disebut sirup jagung
fruktosa-tinggi, masing-masing reaksi dikatalisis oleh enzim
mikroba secara terpisah :
-
Enzim a-amilase menyerbu polisakarida pati, memecah rantai, dan mengurangi
viskositas polimer. Reaksi ini disebut ‘thinning reaction’.
-
Enzim glukoamilase memecah polisakarida rantai pendek menghasilkan monomer
glukosa, proses tersebut dinamakan ‘saccharification’.
-
Enzim glukosa isomerase merubah glukosa menjadi fruktosa, prosesnya
disebut ‘isomerization’.
Tabel 4:
Berbagai enzim yang dihasilam mikroorganisme dan penggunaannya
Enzim
|
Sumber
|
Penggunaan
|
Industri
|
Amilase
Protease
Invertase
Glukosa oksidase
Glukosa isomerase
Pektinase
Rennin
Streotokinase
DNA plymerase
Lipase
|
Fungi
Bakteri
Fungi
Bakteri
Fungi
Bakteri
Fungi
Bakteri
Bakteri
Bakteri
Bakteri
Bakteri
Ragi
Fungi
Bakteri
Fungi
Fungi
Bakteri
Bakteri
Fungi
|
Roti
Pati pelapis
Pembuatan sirup dan glukosa
Pati ‘cold-swelling laundry’
Membantu pencernaan
Membuang lapisan (mengurangi
ukuran)
Roti
Membuang noda
Mengempukkan daging
Membersihkan luka
Membuang lapisan (mengurangi
ukuran)
Deterjen rumah-tangga
Permen ‘soft-center’
Membuang glukosa, oksigen.
Kertas uji untuk diabeter
Sirup jagung fruktosa-tinggi
Memeras, menguraikan
Koagulasi susu
Mengobati pasien karena serangan jantung
PCR/polymerase chain reaction
Meningkatkan rasa, menghilangkan
noda
|
Pembakaran
Kertas
Makanan
Pati
Farmasi
Tekstil
Pembakaran
‘Dry cleaning’
Daging
Obat
Tekstil
Laundry
Permen
Makanan
Farmasi
Minuman ringan
Wine, juice buah.
Keju.
Farmasi.
Laboratorium
Makanan, deterjen
|
Jamur Di Dalam
Mikrobiologi Industri
1.
Rhizopus
Oryzae
Tempe
adalah makanan yang dibuat dari fermentasi terhadap biji kedelai atau beberapabahan lain yang menggunakan beberapa jenis kapang Rhizopus, seperti Rhizopus oligosporus, Rh. oryzae, Rh. stolonifer (kapang roti), atau Rh. arrhizus, sehingga
membentuk padatan kompak berwarna putih. Sediaan fermentasi ini secara umum
dikenal sebagai ragi tempe. Warna
putih pada tempe disebabkan adanya miselia jamur yang tumbuh pada permukaan
biji kedelai. Tekstur kompak juga disebabkan oleh mise1ia jamur yang
menghubungkan biji-biji kedelai tersebut. Banyak sekali jamur yang aktif selama
fermentasi, tetapi umumnya para peneliti menganggap bahwa Rhizopus sp merupakan jamur yang paling dominan.
Jamur yang tumbuh pada kedelai tersebut menghasilkan enzim-enzim yang mampu
merombak senyawa organik kompleks menjadi senyawa yang lebih sederhana sehingga
senyawa tersebut dengan cepat dapat dipergunakan oleh tubuh.
Jamur Rhizopus oryzae merupakan jamur yang sering digunakan
dalam pembuatan tempe (Soetrisno, 1996). Jamur Rhizopus oryzae aman dikonsumsi karena tidak
menghasilkan toksin dan mampu menghasilkan asam laktat (Purwoko dan Pamudyanti,
2004). JamurRhizopus oryzae mempunyai
kemampuan mengurai lemak kompleks menjadi trigliserida dan asam amino
(Septiani, 2004). Selain itu jamur Rhizopus
oryzae mampu menghasilkan
protease (Margiono, 1992). Menurut Sorenson dan Hesseltine (1986), Rhizopus sp tumbuh baik pada kisaran pH 3,4-6.
Pada penelitian semakin lama waktu fermentasi, pH tempe semakin meningkat
sampai pH 8,4, sehinggajamur semakin menurun karena pH tinggi kurang sesuai
untuk pertumbuhan jamur. Secara umum jamur juga membutuhkan air untuk
pertumbuhannya, tetapi kebutuhan air jamur lebih sedikit dibandingkan dengan
bakteri. Selain pH dan kadar air yang kurang sesuai untuk pertumbuhan jamur,
jumlah nutrien dalam bahan, juga dibutuhkan oleh jamur.
Jamur tiram merupakan salah satu jenis jamur yang cukup populer di tengah masyarakat
Indonesia, selain Jenis jamur lainnya seperti jamur merang, jamur kuping dan
jamur shitake. Pada umumnya jamur tiram dikonsumsi oleh masyarakat sebagai
sayuran untuk kebutuhan sehari-hari. Namun sebagian orang menjalankan bisnis olahan jamur tiram misalnya berbentuk keripik jamur tiram dan bentuk lain. Jamur tiram adalah
jenis jamur kayu yang memiliki kandungan nutrisi lebih tinggi dibandingkan
dengan jenis jamur kayu lainnya. Jamur tiram mengandung protein, lemak, fospor,
besi, thiamin dan riboflavin lebih tinggi dibandingkan dengan jenis jamur lain.
Jamur tiram mengandung 18 macam asam amino yang dibutuhkan oleh tubuh manusia
dan tidak mengandung kolesterol
Budidaya jamur tiram
memiliki beberapa keunggulan dan kemudahan dalam proses budidayanya
sehingga dapat dikelola sebagai usaha sampingan ataupun usaha ekonomis skala
kecil, menengah dan besar (Industri). Negara-negara yang telah mengembangkan budidaya jamur tiram sebagai agrobisnis andalan dan
unggulan adalah Cina, belanda, Spanyol, Prancis, Belgia dan Thailand.
Negara-negara tersebut trermasuk produsen jamur terbesar di dunia.